LAPORAN KHUSUS ANALISIS GEOLOGI GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR 30 SEPTEMBER 2025

LAPORAN KHUSUS

Nomor: 122/GL.03/BGL/2025

LAPORAN KHUSUS ANALISIS GEOLOGI GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR 30 SEPTEMBER 2025


Bersama ini, kami sampaikan laporan khusus mengenai Analisis Geologi Gempa Bumi di wilayah Sumenep, Provinsi Jawa Timur, sebagai berikut:

1.  Informasi Kejadian Gempa Bumi

Gempa bumi terjadi pada Selasa, 30 September 2025, pukul 23:49:43 WIB. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada koordinat 7,25° LS - 114,22° BT berjarak 50 km tenggara Sumenep, Jawa Timur, dengan magnitudo M 6,5 pada kedalaman 11 km. Gempa utama ini diikuti oleh sejumlah gempa susulan dengan magnitudo bervariasi antara M 2,0 hingga M 4,3. The United States of Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, menyebutkan bahwa pusat gempa bumi berada pada koordinat 7,240° LS - 114,170° BT, magnitudo M 6 dengan kedalaman 17.5 km. Sedangkan GeoForschungsZentrum Potsdam GFZ Jerman, melaporkan pusat gempa bumi pada koordinat 7,18° LS - 114,22° BT, magnitudo M 5,9 dengan kedalaman 18 km.

Hasil analisis mekanisme fokus BMKG menunjukkan arah bidang sesar (strike) sebesar 129,4° atau relatif berarah tenggara, dengan kemiringan (dip) 36,4° ke arah barat daya, dan rake 107,7°. Sedangkan dari parameter sumber gempa bumi dari USGS, gempa bumi ini memiliki arah bidang sesar (strike) 325° atau relatif berarah barat laut, dengan kemiringan (dip) 19°, dan rake 128°. Berdasarkan parameter tersebut, gempa bumi ini bersumber dari sesar naik (thrust fault) yang juga disertai sedikit komponen pergerakan menganan (right lateral). Sumber gempa bumi diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas Sesar aktif di dasar laut (Zona Kendeng / Madura Strait Back Arc Thrust).


Tabel 1. Parameter gempa bumi Sumenep tanggal 30 September 2025 (23:49:45 WIB) menurut USGS dan BMKG.

Sumber/ Parameter

USGS

BMKG

Latitude (°)

-7.240

-7.35

Longitude (°)

114.170

114.22

Magnitudo

M 6.0

Mw 5,9

Kedalaman (km)

17.5

40

NP1

Strike (°)

325

129.4

Dip (°)

19

36.4

Rake (°)

128

107.7

NP2

Strike (°)

105

287.8

Dip (°)

75

55.5

Rake (°)

78

77.4

Mekanisme Focal

 

Jenis sesar/patahan: Reverse/naik

 

Jenis sesar/patahan: Reverse/naik

 

Rangkaian kejadian gempa utama beserta gempa susulannya berdasarkan data BMKG dirangkum pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkaian kejadian gempa bumi Sumenep 30 September – 1 Oktober 2025 (BMKG, 2025)

 

Tanggal

Waktu

Koordinat

Magnitude

Kedalaman (Km)

01 Okt 2025

00:08:55 WIB

7.27 LS-114.13 BT

2.9

14

01 Okt 2025

00:11:23 WIB

7.27 LS-114.01 BT

2.8

12

01 Okt 2025

00:15:57 WIB

7.27 LS-114.16 BT

4.3

15

01 Okt 2025

00:23:17 WIB

7.26 LS-114.19 BT

2.7

14

01 Okt 2025

00:27:15 WIB

7.25 LS-114.16 BT

3.1

11

01 Okt 2025

00:29:31 WIB

7.24 LS-114.07 BT

3

22

01 Okt 2025

00:41:49 WIB

7.22 LS-114.13 BT

2.9

10

01 Okt 2025

00:43:01 WIB

7.26 LS-114.14 BT

3.5

13

01 Okt 2025

00:49:51 WIB

7.23 LS-114.15 BT

2.4

19

01 Okt 2025

00:56:50 WIB

7.25 LS-114.2 BT

3.4

18

01 Okt 2025

01:04:06 WIB

7.27 LS-114.13 BT

2.7

15

01 Okt 2025

01:09:58 WIB

7.17 LS-114.13 BT

2.7

15

01 Okt 2025

01:11:07 WIB

7.25 LS-114.09 BT

2.8

19

01 Okt 2025

01:16:18 WIB

7.26 LS-114.17 BT

2.8

12

01 Okt 2025

01:22:36 WIB

7.29 LS-114.17 BT

2.9

10

01 Okt 2025

01:25:18 WIB

7.3 LS-114.11 BT

2.2

11

01 Okt 2025

01:34:25 WIB

7.25 LS-114.13 BT

2.7

15

01 Okt 2025

01:36:47 WIB

7.26 LS-114.13 BT

2.5

13

01 Okt 2025

01:39:32 WIB

7.28 LS-114.15 BT

2.3

20

01 Okt 2025

01:40:39 WIB

7.27 LS-114.09 BT

2.8

37

01 Okt 2025

01:43:26 WIB

7.23 LS-114.18 BT

2.7

10

01 Okt 2025

01:44:39 WIB

7.3 LS-114.14 BT

2

20

01 Okt 2025

01:53:32 WIB

7.3 LS-114.12 BT

2.5

12

01 Okt 2025

01:57:52 WIB

7.28 LS-114.17 BT

3.4

10

01 Okt 2025

01:58:55 WIB

7.27 LS-114.08 BT

3.4

18

01 Okt 2025

02:18:39 WIB

7.29 LS-114.14 BT

2.6

10

01 Okt 2025

02:19:41 WIB

7.25 LS-114.2 BT

2.9

10

01 Okt 2025

02:30:19 WIB

7.28 LS-114.14 BT

2.8

11

01 Okt 2025

02:50:46 WIB

7.26 LS-114.13 BT

2.6

10

01 Okt 2025

02:52:42 WIB

7.33 LS-114.17 BT

2.7

10

01 Okt 2025

02:53:51 WIB

7.28 LS-114.16 BT

2.8

10

01 Okt 2025

02:55:45 WIB

7.32 LS-114.12 BT

2.4

21

01 Okt 2025

03:15:18 WIB

7.29 LS-114.1 BT

2.7

13

01 Okt 2025

03:20:15 WIB

7.31 LS-114.2 BT

3.1

10

01 Okt 2025

03:22:36 WIB

7.28 LS-114.15 BT

2.7

13

01 Okt 2025

03:29:41 WIB

7.32 LS-114.14 BT

2.5

10

01 Okt 2025

03:48:46 WIB

7.32 LS-114.12 BT

2.5

18

01 Okt 2025

04:01:23 WIB

7.22 LS-114.36 BT

2.6

10

01 Okt 2025

04:03:23 WIB

7.31 LS-114.16 BT

2.7

10

01 Okt 2025

04:07:39 WIB

7.27 LS-114.15 BT

2.6

10

01 Okt 2025

04:11:08 WIB

7.29 LS-114.15 BT

2.4

10

01 Okt 2025

04:25:04 WIB

7.3 LS-114.15 BT

2.5

10

01 Okt 2025

04:50:03 WIB

7.29 LS-114.25 BT

2.6

14

01 Okt 2025

06:26:07 WIB

7.28 LS-114.17 BT

2.9

11

01 Okt 2025

06:34:13 WIB

7.29 LS-114.15 BT

2.8

13

01 Okt 2025

07:25:34 WIB

7.31 LS-114.13 BT

3.9

10

01 Okt 2025

07:40:05 WIB

7.26 LS-114.18 BT

2.6

10

 


2.  Tatanan Tektonik Regional dan Kondisi Geologi Wilayah Terdampak

Wilayah Jawa Timur berada pada zona tektonik aktif yang dipengaruhi langsung oleh tumbukan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia. Proses penunjaman (subduksi) terjadi di selatan Jawa, membentuk zona subduksi Jawa yang menjadi sumber utama aktivitas gempa bumi dan potensi tsunami. Selain subduksi, Jawa Timur juga dipengaruhi oleh perkembangan sesar aktif di daratan. Beberapa struktur sesar penting di wilayah ini antara lain Sesar Kendeng, Sesar Grindulu, Sesar Pasuruan, serta sistem patahan di daerah Madura dan sekitarnya. Keberadaan sesar-sesar ini mengontrol deformasi kerak, aktivitas seismik daratan, dan berperan dalam pembentukan morfologi pegunungan serta cekungan di Jawa Timur. Patahan naik Baribis Kendeng melintang dari ujung barat Pulau Jawa hingga ke ujung timur Pulau Jawa, melalui Selat Madura hingga bersambung dengan Flores Backthrust.

Patahan Rembang Madura Kangean Sakala (RMKS) merupakan struktur geologi utama yang berada di Kabupaten Sumenep. Pulau Madura ini merupakan area dari tectonic wrenching dari suatu system patahan geser mengiri yang mengakibatkan wilayah di Pulau Madura termasuk Kabupaten Sumenep tersusun atas berbagai jenis fitur hasil patahan geser seperti positive flower structure dan negative flower structure, dan di sekitar Kabupaten tersebut terdapat antiklin dan juga sinklin yang memanjang berarah relatif barat-timur. Kabupaten Sumenep disusun oleh batuan sedimen berumur Tersier dan Kuarter yang termasuk ke dalam Lajur Rembang. Penyebaran satuan batuan umumnya berarah barat-timur dan berfasies lempungan, pasiran dan gampingan.

Daerah Kepulauan Kangean dan Sapudi susunan formasi batuannya cukup berbeda dengan Kabupaten Sumenep (bagian barat). Berdasarakan Peta Geologi Lembar Kangean dan Sapudi (K. Sutisna, dkk. 1993) tatanan stratigrafi di pulau ini tersusun atas batuan berumur Tersier dan Kuarter yang secara umum disusun oleh batuan sedimen klasitka dan karbonat. Lapisan batuan umumnya mempunyai jurus barat timur (Gambar 1).

Morfologi wilayah di sekitar pusat gempa bumi Sumenep bervariasi mulai dari dataran aluvial di daerah pantai hingga perbukitan bergelombang di wilayah tengah Pulau Sapudi dan Pulau Madura. Kondisi morfologi di sekitar sumber gempa ditampilkan pada Gambar 2. Gambar 3 memperlihatkan kondisi umur batuan di sekitar sumber gempa bumi. Keberadaan batuan muda serta sedimen permukaan yang telah mengalami pelapukan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi, sehingga intensitas guncangan di permukaan dapat lebih besar dibandingkan di daerah dengan batuan kompak.


Gambar 1. Struktur geologi yang terdapat di Kabupaten Sumenep (Sumber : Peta geologi Lembar Tanjungbumi & Pamekasan, Waru & Sumenep, Kangean Sapudi).


Gambar 2. Kondisi morfologi di sekitar sumber gempa bumi 30 September 2025


Gambar 3. Peta Geologi di sekitar sumber gempa bumi 30 September 2025

Kekerasan batuan di wilayah Sumenep dipengaruhi oleh umur dan litologi, batuan yang lebih muda atau telah mengalami pelapukan memiliki kekuatan lebih rendah dibandingkan batuan tua dan kompak. Berdasarkan kondisi geologi dan geoteknik, wilayah sekitar pusat gempa bumi di Sumenep dapat diklasifikasikan ke dalam kelas tanah D (tanah sedang) dan E (tanah lunak) berdasarkan nilai Vs30 (Gambar 4), sehingga variasi tingkat amplifikasi guncangan gempa bumi sangat bergantung pada kondisi setempat.


Gambar 4. Peta kelas batuan di sekitar sumber gempa 30 September 2025

3.  Dampak Gempa Bumi

Berdasarkan laporan BMKG, guncangan gempa bumi ini dirasakan dengan intensitas MMI (Modified Mercalli Intensity) V-VI MMI di Pulau Sapudi, IV MMI di Sumenep, III-IV MMI di Pamekasan, Situbondo, Sampang, dan Surabaya, III MMI di Tuban dan Gianyar, II-III MMI di Tabanan, Probolinggo, Denpasar, Buleleng, Lumajang, Kuta, Banyuwangi, Bangkalan, Jember, Sidoarjo, dan Mojokerto, serta II MMI di Lombok Tengah, Lombok Utara, Blitar, Bondowoso, dan Malang.

Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi, daerah yang berada dekat dengan sumber gempa bumi terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi rendah hingga menengah (Gambar 5).

Berdasarkan https://beritajatim.com/gempa-65-sumenep-puluhan-bangunan-rusak- warga-luka, guncangan gempa bumi mengakibatkan sedikitnya 3 orang mengalami luka-luka dan juga kerusakan bangunan di Pulau Sepudi terdiri dari 18 rumah, 3 tempat ibadah, dan 1 puskesmas.


Gambar 5. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di sekitar sumber gempa bumi

Tim Badan Geologi melakukan pengamatan di kabupaten sumenep dan berkoordinasi dengan BNPB Sumenep untuk mendapatkan informasi di Pulau Sapudi.


Gambar 6. Foto kerusakan di Kecamatan Talango (Sumber foto: PSG, Badan Geologi)


Gambar 7. Foto kerusakan di Pulau Sapudi (Sumber foto: BPBD Sumenep)


Gambar 8. Foto kerusakan di Pulau Sapudi (Sumber foto: BPBD Sumenep)

4.  Analisis Gempa Bumi

Berdasarkan distribusi lokasi pusat gempa bumi serta hasil analisis mekanisme fokus, gempa bumi yang terjadi pada 30 September 2025 diperkirakan bersumber dari aktivitas Sesar aktif di dasar laut (Zona Kendeng / Madura Strait Back Arc Thrust). Dampak guncangan mengakibatkan beberapa kerusakan bangunan di Pulau Sapudi yang berlokasi paling dekat dengan sumber gempa bumi.

Berdasarkan catatan Badan Geologi, pada tahun 2018 pernah terjadi 2 kali gempa bumi merusak di daerah Sumenep dengan kekuatan gempa M 4,8 dan M 6,4. Kedua gempa bumi tersebut dirasakan dengan intensitas gempa bumi VI dan VII-VIII Skala MMI (Modified Mercalli Intensity), menimbulkan kerusakan pada bangunan dan fasilitas umum, serta menyebabkan korban jiwa meninggal dan luka-luka.

Tabel 3. Sejarah Gempa Bumi di Sumenep dan sekitarnya

NO.

NAMA GEMPA

TANGGAL

PUSAT GEMPA

KDLM

(KM)

MAG

MMI

DAMPAK

1.

 

 

 

 

 

 

2.

Madura

 

 

 

 

 

 

Sumenep

13/6/2018

20:06:00

WIB

 

 

11/10/2018

01:44:57

WIB

6,88o LS

o

113,94

BT

 

 

 

 

7,42o LS – 114,47o BT

12

 

 

 

 

 

 

10

4,8

 

 

 

 

 

 

6,4

VI

 

 

 

 

 

 

VII-VIII

6 org luka-luka, 28 bangunan roboh, 52 rumah rusak di Kec. Batuputih, Madura.

 

 

3 orang meninggal di desa Prambanan, Kec. Gayam, Pulau Sapudi, Kab. Sumenep.



Gambar 9. Sebaran episentrum gempa bumi utama dan gempa bumi susulan 30 September – 1 Oktober 2025 berdasarkan data BMKG, panah dari beachball menunjuk ke gempa utama.


5.  Rekomendasi

  1.  Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada terhadap kemungkinan gempa bumi susulan. Jangan terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan mengenai gempa bumi maupun tsunami.
  2. Gempa bumi ini berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan, terutama karena masih terdapat guncangan susulan, serta berpotensi memicu bahaya ikutan seperti retakan tanah, likuefaksi, dan longsor.
  3. Masyarakat disarankan melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dari potensi jatuhan benda maupun material bangunan.
  4. Setelah gempa bumi, masyarakat diharapkan memeriksa kondisi bangunan secara mandiri untuk memastikan keamanan sebelum kembali digunakan.
  5. Masyarakat diimbau menghindari area tebing yang berpotensi mengalami gerakan tanah, terutama saat turun hujan.
  6. Bangunan di wilayah rawan gempa bumi perlu dirancang sesuai kaidah bangunan tahan gempa serta dilengkapi dengan jalur evakuasi, guna mengurangi risiko kerusakan dan korban jiwa.  

Demikian analisis geologi kejadian gempa bumi ini disusun untuk dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

 

 

a.n. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Kepala badan Geologi

Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N., M.Sc.




Ikuti Berita Kami