LAPORAN KHUSUS
Nomor: 105/GL.03/BGL/2025
LAPORAN KHUSUS ANALISIS GEOLOGI GEMPA BUMI
DI WILAYAH KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TENGAH
Bersama ini, kami sampaikan laporan khusus mengenai Analisis Geologi Gempa Bumi di Wilayah Nabire, Provinsi Papua Tengah, sebagai berikut:
Informasi Kejadian Gempa Bumi
Gempa bumi terjadi pada hari Jumat, 19 September 2025, pukul 01:19:50 WIB. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di darat, pada koordinat 3,47°LS dan 135,49°BT, berjarak sekitar 12 km Baratdaya Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah dengan magnitudo M 6,6 pada kedalaman 24 km.
The United States of Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, menyebutkan bahwa pusat gempa bumi berada pada koordinat 3,61°LS - 235,53°BT, magnitudo M 6,1 dengan kedalaman 10 km. Sedangkan Geoforschung Potsdam GFZ Jerman, melaporkan pusat gempa bumi pada koordinat 3,51°LS - 135,52°BT, magnitudo M 6, 1 dengan kedalaman 30 km.
Hingga laporan ini dibuat, sedikitnya 27 gempa bumi susulan dengan magnitudo M 1,5 - M 4,9 dilaporkan masih mengguncang wilayah Nabire dan sekitarnya, yang diperkirakan masih akan bertambah. Berdasarkan parameter sumber gempa bumi dari USGS, gempa bumi ini memiliki arah bidang sesar (strike) 8° atau relatif berarah Baratdaya – Timurlaut (BD-TL), dengan kemiringan 36° ke arah tenggara. Mekanisme gempa bumi adalah sesar naik dengan komponen oblique mengiri. Sumber gempa bumi diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas Pensesaran Naik Weyland (Weyland Overthrust) di wilayah Nabire.
Tabel 1. Gempa Bumi Utama (mainshock) Nabire tanggal 19 Agustus 2025 (01:19:50 WIB atau 03:09:50 WIT)
Tabel 2. Gempa Bumi Susulan Nabire 19 Agustus 2025 (Sumber: BMKG, 2025)
Tatanan Tektonik Regional dan Kondisi Geologi Wilayah Terdampak
Pulau Papua dan sekitarnya tempat pertemuan tiga lempeng tektonik (triple junction) pada masa Paleogen - Neogen, yaitu Lempeng Australia yang bergerak ke arah utara, Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat, dan Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara. Sistem tektonik yang berkembang di wilayah ini antara lain adanya sistem subduksi Papua Nugini di utara Papua atau disebut sebagai Papua New Guinea Trench dan Cekungan Manokwari, yang keduanya memiliki mekanismesesar naik dengan kemiringan ke arah Selatan; Sistem Sesar Mendatar Sorong – Yapen yang berarah barat-timur dengan pergerakan mengiri (sinistral), Sabuk Lipatan Lengguru yang memiliki kemiringan ke arah utara , Pensesaran Anjak (Naik) Weyland (Weyland Overthrust) yang memiliki kemiringan ke arah Tenggara, dan Pensesaran Naik Pegunungan Tengah (Central Range Thrust). Sumber gempa bumi pagi ini diperkirakan bersumber dari Pensesaran Anjak (Naik) Weyland (Weyland Overthrust). Lokasi pusat gempa bumi terletak di darat di wilayah Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. Morfologi wilayah di sekitar lokasi pusat gempa bumi bervariasi, yaitu dataran, bergelombang, hingga perbukitan. Kondisi geologi di area sekitar pusat gempa bumi tersusun oleh batuan sedimen, batuan sedimen karbonat, batuan malihan, dan batuan terobosan berumur Paleogen, batuan sedimen berumur Neogen dan batuan sedimen Kuarter, serta endapan aluvium berumur Holosen. Batuan yang telah mengalami pelapukan dan sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi. Kekerasan batuan permukaan dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Batuan yang berumur lebih muda atau yang telah mengalami pelapukan mempunyai kekerasan lebih rendah begitu juga sebaliknya. Wilayah terdekat dengan pusat gempa bumi diklasifikasikan ke dalam kelas tanah keras (C), tanah sedang(D), hingga lunak (E).
Gambar 1. Sistem Tektonik yang berkembang di wilayah Papua Tengah dan Sekitarnya. Pusat gempa 19 September 2025 berada kelurusan gempa-gempa dangkal sebelumnya, menandakan adanya zona kegempaan di daerah tersebut. (Saputra, S.EA., 2022)
Gambar 2. Peta Geologi Wilayah Nabire dan Sekitarnya, Provinsi Papua Tengah
Gambar 3. Peta Morfologi Wilayah Nabire dan Sekitarnya, Provinsi Papua Tengah
Gambar 4. Peta Kelas Tanah (Vs30) Wilayah Nabire dan Sekitarnya, Provinsi Papua
Tengah
Dampak Gempa Bumi
Berdasarkan laporan BMKG, guncangan gempa bumi ini dirasakan dengan intensitas V MMI di wilayah Nabire, IV-V MMI di Wasior, III-IV MMI di Enarotali, III MMI di Timika, II - III MMI di Biak dan Supiori. Daerah ini terletak pada Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi menengah hingga tinggi. Kejadian gempa bumi ini telah menimbulkan kerusakan pada bangunan dan fasilitas umum di wilayah Nabire, diantaranya kerusakan pada sejumlah rumah warga, Bandara Nabire, Jembatan Siriwini, dan sebuah gereja, serta jaringan komunikasi sempat terputus.
Gambar 5. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Nabire dan Sekitarnya, Provinsi Papua Tengah
Analisis Gempa Bumi
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 19 September 2025, bersumber dari Pensesaran Anjak (Naik) Weyland yang memiliki kemiringan bidang sesar ke arah tenggara. Pada umumnya kerusakan atau dampak gempa bumi yang memiliki mekanisme gempa bumi sesar naik, akan tegak lurus dengan kemiringan bidang sesarnya.
Sumber gempa bumi ini memiliki kemiringan ke arah Tenggara, sehingga dampak gempa bumi akan dialami lebih besar di wilayah sebelah Tenggara dari pusat gempa bumi.
Berdasarkan sejarahnya, Nabire dan sekitarnya pernah empat kali mengalami gempa bumi besar yang merusak, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1994 dan 2004, dengan kekuatan gempa antara M 6,4 hingga M 7,1. Keempat gempa bumi tersebut dirasakan dengan intensitas gempa bumi VI hingga VIII Skala MMI (Modified Mercalli Intensity), dan menimbulkan kerusakan pada bangunan dan fasilitas umum (Bandara Nabire), serta menimbulkan korban jiwa meninggal dan luka-luka. Gempa bumi tahun 2004, dilaporkan mengakibatkan terjadinya likuefaksi di Desa Sanoba dan Kimi, serta gerakan tanah di Wanggar (Tabel 1).
Tabel 1. Sejarah Gempa Bumi di Nabire (Badan Geologi, 2014)
Sebaran gempa bumi susulan biasanya memperlihatkan arah bidang sesar dan dimensi area pecah (rupture area) dari gempa bumi ini. Berdasarkan ploting gempa bumi utama (mainshock) dan gempa bumi susulannya (aftershocks), memperlihatkan arah bidang sesar relatif Utara Timurlaut - Selatan Baratdaya (UTL-SBD) dan dimensi area pecah memiliki panjang ~120 km, lebar 25 km. Berdasarkan infromasi kerusakan yang diperoleh dari media, memperlihatkan wilayah yang mengalami kerusakan berada di sebelah baratlaut dari pusat gempa bumi, ini menunjukan kemiringan bidang sesar ke kedua arah, baik ke Tenggara maupun ke arah baratlaut.
Gambar 6. Sebaran Gempa Utama dari BMKG (merah), USGS (biru) dan GFZ (hijau tua) dan Gempa Susulan (hijau muda).
Rekomendasi
Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Gempa bumi ini berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan, terutama dengan masih adanya guncangan yang berasal dari gempa bumi susulan, dan berpotensi menimbulkan bahaya ikutan lainnya seperti retakan pada permukaan tanah, likuefaksi dan longsor.
Masyarakat dihimbau melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dari jatuhan benda dan material bangunan.
Masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan mandiri terkait kondisi bangunan setelah terjadi gempa bumi.
Masyarakat dihimbau menjauhi daerah tebing yang berpotensi terjadi gerakan tanah, terutama saat terjadi hujan.
Bangunan di daerah rawan gempa bumi diharapkan dapat mengikuti kaidah bangunan tahan gempa, guna menghindari risiko kerusakan, serta dilengkapi dengan jalur evakuasi.
Demikian analisis geologi kejadian gempa bumi ini disusun agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
a.n. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Kepala badan Geologi
Dr. Ir. Muhammad Wafid A.N., M.Sc.